Bau Busuk MBG Terendus Hingga ke Luar Negeri, Lebih Dari 800 Siswa Keracunan
Lebih Dari 800 Siswa Keracunan
JAKARTA, Matanews – Lebih dari 800 siswa jatuh sakit dalam sejumlah kasus keracunan makanan massal dalam seminggu ini, setelah mengonsumsi makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disponsori oleh Pemerintah Indonesia. Kabar keracunan siswa ini juga sempat dibahas oleh sejumlah media asing.
Bahkan informasi terbaru, dari data yang dihimpun sejak Senin (22/9/2025) malam, ada 301 siswa mengalami keracunan usai menyantap paket makanan MBG di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Berdasarkan data Polda Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, para korban diduga mengalami keracunan pada Senin siang setelah mengonsumsi paket MBG. Salah satu menu yang disantap oleh para siswa adalah ayam kecap.
Siswa yang mengalami keracunan berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pembangunan Bandung Barat, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Fiqri, dan Sekolah Dasar (SD) Negeri Sirnagalih.
Diduga, makanan yang dikonsumsi oleh para siswa tersebut sudah tidak layak makan atau basi. Menu yang disantap beragam, antara lain nasi, daging ayam, tahu, dan sepotong buah.
Rentetan kasus keracunan ini juga tersiar hingga ke luar negeri, setelah sempat disoroti sejumlah media asing.
Reuters menyoroti lebih dari 800 siswa keracunan setelah mengonsumsi. Reuters menilai, satu kasus memengaruhi lebih dari 500 orang dan merupakan wabah terbesar yang pernah terjadi di bawah program unggulan Presiden Prabowo Subianto.
Sorotan Reuters juga menanggapi kasus keracunan makanan massal lainnya yang terkait dengan program tersebut terjadi pada hari Rabu di Kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, yang berdampak pada 277 siswa. “Badan Gizi Nasional, yang mengawasi program tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa distribusi makanan di daerah tersebut dihentikan sementara,” tulis Reuters, seperti dikutip Selasa (23/9/2025).

Sementara itu, The Straits Times menyoroti kasus keracunan pada program MBG sejak Januari, saat program tersebut diluncurkan, hingga Agustus.
“Lebih dari 4.000 anak mengalami keracunan makanan setelah mengonsumsi makanan tersebut, menurut Institut Pengembangan Ekonomi dan Keuangan, yang menimbulkan pertanyaan tentang pengawasan,” tulis The Straits Times.
Dari data yang dihimpun Matanews, menurut laporan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) melaporkan lebih dari 23 juta penerima program MBG, dengan anggaran Rp71 Triliun, ada 4.000 siswa yang mengalami keracunan makanan akibat program MBG dalam delapan bulan terakhir. Hal tersebut kemudian mendorong INDEF untuk mendesak pemerintah agar menghentikan sementara program tersebut untuk dilakukan evaluasi menyeluruh.
Sementara, dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), mencatat hingga September 2025, ada 5.360 siswa keracunan akibat program tersebut.
Pertanyaan telah diajukan tentang standar dan pengawasan program, yang telah berkembang pesat hingga menjangkau lebih dari 20 juta penerima, dengan tujuan ambisius untuk mencapai 83 juta pada akhir tahun dan anggaran sebesar 171 triliun rupiah ($10,32 miliar).
Pemerintah Merespons
Juru bicara Prabowo, dalam hal ini Menteri Sekertaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi, mengatakan pada hari Jumat pekan lalu, bahwa pemerintah meminta maaf atas terulangnya kasus-kasus di beberapa daerah yang tentu saja tidak sesuai dengan harapan.
Prasetyo mengatakan, pemerintah menyayangkan masih terjadinya kasus keracunan MBG di sejumlah daerah.
“Pemerintah bersama Badan Gizi Nasional (BGN) memohon maaf. Ini tidak pernah diinginkan,” ujar Prasetyo kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/9/2025).
Prasetyo berharap seluruh korban keracunan segera mendapat penanganan medis yang cepat. Ia menekankan bahwa kasus-kasus ini akan menjadi bahan evaluasi serius, baik oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun BGN.
Menanggapi hal itu, BGN masih menunggu hasil laboratorium terkait sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan para siswa.
Juru Bicara BGN, Redy Hendra, mengatakan pihaknya sudah melakukan evaluasi internal dan memastikan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berjalan sesuai aturan.
“Kami masih fokus pada penanganan insiden keamanan tersebut,” kata Redy kepada wartawan, Jumat (19/9/2025).
Seharusnya program MBG menjadi solusi untuk masalah gizi anak-anak di sekolah, namun kini justru menjadi sorotan sebagai masalah besar yang membutuhkan perhatian khusus dari seluruh pihak terkait. (Tam)




Warning: Attempt to read property "term_id" on bool in /home/u963642857/domains/mata.news/public_html/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-collection.php on line 7