Bilqis Kembali ke Pelukan Ibu Jejak Panjang Penculikan Bocah 4 Tahun dari Makassar ke Jamb

Kasus Bilqis membuka kembali luka lama maraknya perdagangan anak dengan modus adopsi ilegal di era media sosial.

Bocah Kembali Jadi Korban Jual Beli Anak!

JAKARTA, Matanews – Di antara ribuan doa yang mengalir di media sosial, nama kecil “Bilqis” menjadi simbol harapan dan ketakutan para orang tua. Bocah perempuan berusia empat tahun itu akhirnya ditemukan setelah seminggu menghilang secara misterius dari sebuah taman di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia tidak sekadar hilang—Bilqis dijual tiga kali, berpindah tangan hingga ribuan kilometer jauhnya, sebelum akhirnya ditemukan di Kabupaten Merangin, Jambi.

Peristiwa ini bermula pada Minggu pagi, 2 November 2025, ketika Dimas (34), ayah Bilqis, tengah melatih tenis di Taman Pakui Sayang, Kecamatan Panakkukang. Seperti biasa, Bilqis ikut menemaninya dan bermain di area playground tak jauh dari lapangan. Beberapa menit berlalu, tawa kecil itu lenyap. Saat Dimas menoleh, Bilqis tak lagi di sana.

Kepanikan segera menyelimuti taman itu. “Saya keliling sampai ke parkiran, tapi tidak ada. Baru setelah lihat CCTV kafe, kelihatan ada perempuan bawa Bilqis,” tutur Dimas dengan suara parau saat ditemui Kamis (6/11). Dalam rekaman CCTV, terlihat seorang perempuan tak dikenal menggandeng Bilqis bersama dua anak lain. Perempuan itu tampak tergesa meninggalkan lokasi.

nama kecil “Bilqis” menjadi simbol harapan dan ketakutan para orang tua.
nama kecil “Bilqis” menjadi simbol harapan dan ketakutan para orang tua.

Jual Beli di Balik Modus Adopsi

Penyelidikan cepat Polrestabes Makassar dibantu Polda Sulawesi Selatan mengungkap jaringan perdagangan anak lintas provinsi. Kapolda Sulsel Irjen Djuhandhani Rahardjo Puro menyebut, Bilqis pertama kali dijual oleh seorang perempuan berinisial SY kepada SH dengan harga Rp 3 juta.

“Setelah itu korban dibawa ke Jambi oleh NH, lalu dijual lagi kepada pasangan suami-istri MA (42) dan AS (36) seharga Rp 15 juta,” kata Djuhandhani dalam konferensi pers, Senin (10/11/2025).

Namun kisah gelap itu tak berhenti di situ. Pasangan MA dan AS mengaku membeli Bilqis seharga Rp 30 juta, sebelum menjualnya kembali kepada salah satu kelompok suku di Jambi dengan harga Rp 80 juta. Dari hasil pemeriksaan, keduanya diketahui telah memperjualbelikan sedikitnya sembilan bayi dan satu anak melalui media sosial seperti TikTok dan WhatsApp.

nama kecil “Bilqis” menjadi simbol harapan dan ketakutan para orang tua.
nama kecil “Bilqis” menjadi simbol harapan dan ketakutan para orang tua.

“NH sendiri mengaku sudah tiga kali menjadi perantara adopsi ilegal,” ujar Djuhandhani. “Jaringan ini memanfaatkan keinginan pasangan tak punya anak sebagai kedok.”

Ditemukan Ribuan Kilometer dari Rumah

Upaya pencarian Bilqis akhirnya berbuah hasil pada Sabtu malam, 8 November 2025. Tim gabungan polisi menemukan bocah itu di Kabupaten Merangin, Jambi, dalam keadaan selamat. Dari Makassar ke Jambi, jaraknya mencapai sekitar 2.400 kilometer lewat jalur darat dan laut—jarak yang membentang antara kehilangan dan keajaiban.

Keesokan harinya, Minggu (9/11), Bilqis tiba kembali di Makassar dan langsung dipertemukan dengan kedua orang tuanya. Tangis haru pecah di Bandara Sultan Hasanuddin ketika bocah itu berlari ke pelukan ibunya.

“Alhamdulillah anaknya kembali dalam keadaan sehat,” ujar Kapolrestabes Makassar Kombes Arya Perdana. “Dari hasil pemeriksaan, tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik, dan kondisi psikologisnya juga stabil.”

Perdagangan Anak di Era Digital

Kasus Bilqis membuka kembali luka lama maraknya perdagangan anak dengan modus adopsi ilegal di era media sosial. Polisi mengungkap, para pelaku menjaring calon pembeli lewat aplikasi perpesanan dan konten TikTok bertema “adopsi anak yatim” atau “bantu pasangan tanpa keturunan”.

Praktik ini menyasar emosi publik—antara belas kasih dan kebutuhan. Harga yang ditawarkan berkisar Rp 3 juta hingga Rp 80 juta per anak, tergantung usia dan kondisi.

“Ini bukan lagi kasus individual, tapi sindikat yang beroperasi lintas provinsi,” kata Djuhandhani. “Kami sedang berkoordinasi dengan Bareskrim Polri untuk menelusuri jaringan ini lebih luas.”

Kembali Ceria, Tapi Luka Sosial Masih Menganga

Kini Bilqis sudah kembali bermain di rumahnya di Makassar. Senyumnya kembali merekah, meski rasa takut masih sesekali muncul ketika bertemu orang baru. Psikolog anak dari Universitas Hasanuddin,  , menilai pemulihan emosional Bilqis akan memakan waktu.

nama kecil “Bilqis” menjadi simbol harapan dan ketakutan para orang tua.
nama kecil “Bilqis” menjadi simbol harapan dan ketakutan para orang tua.

“Meski tidak ada kekerasan fisik, kehilangan dan perpindahan lingkungan yang ekstrem bisa meninggalkan trauma,” ujarnya.(Zee)

 

 


Warning: Attempt to read property "term_id" on bool in /home/u963642857/domains/mata.news/public_html/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-collection.php on line 7

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *