- Sosialisasi Pergub di Kelurahan Sukabumi Utara, Persiapan Pemilihan RT, RW, dan LMK
- Ketua PWI DKI Jakarta Serahkan SK Penunjukan Ketua Pokja Jakarta Barat
- 298 Atlet dan Official Polri Memeriahkan PON XXI, Ketua Harian Komite Olahraga Polri
- Kombes Ade Safri: Kasus Penyebaran Konten Asusila Berujung Pemerasan
- Sukses Menahkodai, Achmad Faruk Didapuk Sebagai Ketua Forum Wartawan Polri
- Dirreskrimsus Polda Metro Jaya Tangkap Mahasiswa Tersangka Kasus Pornografi
- Pecalang Apresiasi Pengamanan Polri Atas Suksesnya KTT IAF di Bali
- Misa Akbar Paus Fransiskus Di GBK, Ini Rekayasa Lalu Lintasnya
- Komjen Fadil Imran Pantau Kesiapan Satgas Tindak dan Satgas Walrolakir Amankan KTT IAF ke-2
- Persahabatan Manusia dan Hewan Acuan Rizky Produseri Lagu \"Jika Memang Sudah Waktunya\"
Catatan Kader: Penentang Ketua Umum PPP Tidak Pernah Bisa Memimpin
Keterangan Gambar : Istimewa
MATANEWS, Jakarta - Tahun 1988 Buya Ismail Hasan Materium terpilih sebagai Ketua Umum DPP PPP melalui musyawarah rapat formatur 7 orang, di antaranya Djaelani Naro, Karmani, Ali Hardi Kiaidemak. Mereka dipilih oleh peserta Muktamar PPP 1 di Hotel Horison Ancol (sekarang Mercure Ancol).
Di awal-awal kepemimpinan Buya Ismail Hasan Metareum, organisasi PPP mengalami gangguan oleh kader-kader muda, dari ormas/ banom Generasi Muda Persatuan —sayap pemuda PPP setelah GPK dibekukan.
Baca Lainnya :
- Berdayakan Mantan Preman, Koramil 03/Tj. Priok Luncurkan Program Urban Farming
- Terkuak! Maraknya Siswa titipan PPDB 2023 diduga bukti Lemahnya Fungsi Pengawasan CADISDIK PROV JABA
- Operasi Patuh Jaya 2024 Polda Metro Jaya Siap Wujudkan Budaya Tertib Berlalu Lintas
- Maraknya Siswa Titipan di PPDB: Kecurangan Mengancam Integritas Pendidikan di Sukabumi
- Kakorpolairud Baharkam Polri: Penyelundup Benih Lobster Harus Ditindak Tegas!
Saat itu, Ernesto Mawardi Barcelona yang menjabat sebagai Anggota DPRD Jawa Barat dan Anggota MPR RI tampil memimpin para demonstran ke DPP PPP.
Mereka tidak menuntut Buya Ismail mundur dari Ketua Umum PPP, melainkan mendesak DPP harus menyempurnakan kepengurusan karena Sekretaris Jenderal DPP PPP kala itu Matori Abdul Djalil, disinyalir adalah Anggota GMNI yang memiliki keterkaitan dengan PDI.
Para demonstran di era kepemimpinan Buya adalah kader, atas nama DPP PPP. Mereka di antaranya Ernesto, M. Akib Arsalan, Dasef, Sasaf Al Satuman, Sugeng, Andesty, Rudiman Saleh, Elia Yunus, dll.
Para demonstran yang bisa kembali lagi ke DPP PPP hanya 3 orang. Saat ini tinggal saya-Agussalim Hasga, yang sempat dicap faksi “Narois”.
Untuk memulihkan nama agar bisa diterima lagi mengabdi di PPP, butuh waktu tidak sebentar, hampir 30 tahun. Itupun hanya masuk di jajaran departemen dan lembaga. Bahkan beberapa nama sampai almarhum tidak bisa come back ke PPP karena “Cap Penetang Ketua Umum”. Hanya Rudiman Saleh yang masuk kepengurusan di DPP, yaitu saat periode M. Romahurmuziy dan Suharso Monoarfa. Rudiman yang dekat dengan Aksa Mahmud (ipar Jusuf Kalla) masuk pengurus DPP PPP sebagai Ketua Bidang DPP PPP dan juga pernah jadi Pengurus DPW PPP DKI Jakarta di bawah pimpinan Djafar Bajeber.
Pesan dari catatan di atas, maka berhati-hati lah kalau masih mau ber PPP, karena “cap sebagai penentang”akan selalu diingat, sukar dihilangkan, tidak mudah dilupakan.
Saya-Agussalim Hasga pun bisa masuk lagi ke PPP karena orang-orang yang tidak se visi waktu itu sudah pada almarhum, kecuali Emron Pangkapi, Buya Gazali Abbas dan Norman.
Dari catatan perjalanan di atas, saya amati semua penentang Ketua Umum PPP yang garis keras tidak pernah bisa memimpin PPP. Contohnya banyak!
Mulai dari Ridwan Saidi, KH. Agus Miftah, Hartono Marjono, Sri Bintang Pamungkas, M. Dauld, Yusuf Syakir, Prof. Achda, KH. Zaenuddin MZ, dan Saleh Halid dll.
Penulis,
*Agussalim Hasga*
Kader Aku Tetap Cinta PPP