- Polsek Cakung Tangkap Pelaku Pengeroyokan Ojek Online di Jalan Raya Pulogebang
- Pengungkapan Kasus Curanmor di Polres Metro Jakarta Utara
- Ditreskrimum Polda Metro Jaya Berhasil Tangkap Pelaku Pencurian Bajaj
- Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Ungkap Kasus Penipuan Trading Forex
- Polres Jakbar Gelar Ngopi Bada Ashar untuk Persiapan Pilkada 2024 Yang Aman dan Kondusif
- 107 Peserta Lolos Verifikasi Administrasi Calon Anggota Kompolnas 2024-2028
- Dewi, Istri Popeye, Kecewa: Yadi Sebut Penangguhan Penahanan Popeye Bukan Hasil Kerja Pengacaranya
- Zulfikar dan Paul Soroti Kinerja Polres Cianjur dalam Penanganan Kasus Herman Popeye
- Silaturahmi dan Sosialisasi Anggota PSN DPW Kabupaten Bekasi
- Dewi, Istri Herman Popeye, Meminta Keadilan kepada Polres Cianjur agar Semua yang Terlibat Ditangkap
ETOS: \"Di Kasus Vina, Kok Ramai-ramai Bully Polisi, Ada Apa Sama Bangsa Ini???\"
ETOS
![ETOS: \"Di Kasus Vina, Kok Ramai-ramai Bully Polisi, Ada Apa Sama Bangsa Ini???\"](https://mata.news/asset/foto_berita/IMG-20240608-WA0000.jpg)
Keterangan Gambar : Istimewa
MATANEWS, Jakarta – Dalam acara diskusi bertajuk "Apakah Polri Mampu Tuntaskan Kasus Vina?" yang diadakan di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute, Iskandar, mengungkapkan kekhawatirannya tentang serangan publik terhadap kepolisian.
Acara yang digelar pada Jumat ini dihadiri oleh berbagai tokoh seperti Ketua IPW Sugeng Santoso, anggota Komisi III DPR RI Beni Kaharman, Wakil Komnas HAM Dr. Abdul Haris Semendawai, dan perwakilan dari Kadiv Humas Mabes Polri yang berhalangan hadir.
Iskandar menyatakan bahwa perkembangan kasus Vina semakin tidak fokus pada substansi, tetapi lebih banyak didominasi oleh asumsi dan opini yang tidak mendasar. "Perkara ini sudah sampai ke kuping Presiden dan sudah menjadi atensi khusus dari Presiden langsung kepada Kapolri. Jadi, biarkan polisi bekerja tanpa gangguan," tegas Iskandar.
Baca Lainnya :
- Dampak Tren Olahraga Terhadap Gaya Hidup Masyarakat di Era Digital
- Peran Mahasiswa Teknik Informatika (TI) di Zaman Modern
- Penghargaan untuk Polri: Bukti Efektivitas Kerja Sama Police to Police dengan Thailand
- ART Nekat Lompat dari Rumah Majikan Meninggal Dunia Setelah 8 Hari Perawatan
- Siswi SMP Pelaku Bullying Bocah SD di Depok Diamankan Polisi
Ia menyoroti bahwa terlalu banyak pengacara yang berbicara di media, sehingga membuat suasana semakin tidak kondusif. "Kok jadi ramai-ramai menyerang polisi? Seburuk itukah polisi di mata publik? Kalau ada kesalahan dalam proses penangkapan, penahanan, dan lain-lain delapan tahun lalu, polisi punya mekanisme untuk memberikan sanksi," tambahnya.
Iskandar juga menegaskan bahwa tidak hanya polisi yang perlu diperiksa dalam kasus ini, tetapi juga jaksa dan hakim yang terlibat dalam proses hukum terdahulu. "Kalau dulu ada tekanan, dari siapa? Ini tidak sulit asal tidak kisruh," katanya dengan nada tinggi.
Ia mempertanyakan motif di balik gerakan beberapa pengacara yang tiba-tiba menyerang institusi Polri. "Siapa yang menggerakkan mereka? Jangan bicara atas dasar kemanusiaan dan lain-lain. Biarkan polisi bekerja," ujar Iskandar.
Menurutnya, proses penangkapan Pegi Setiawan bukanlah bagian dari rekayasa polisi, melainkan strategi untuk mengungkapkan tersangka sebenarnya.
Iskandar juga menekankan bahwa Polri mampu menyelesaikan kasus ini dengan atau tanpa atensi Presiden. "Bahkan, polisi membuka posko pengaduan online 24 jam di Polda Jabar terkait ini. Mau dibilang tak serius lagi polisi?" tuturnya.
Mengakhiri pernyataannya, Iskandar menyerukan agar tidak hanya kepolisian yang dibenahi, tetapi juga kejaksaan, kehakiman, dan institusi lainnya. "Janganlah memojokkan polisi terus-menerus. Kasus Vina ini saya yakini akan selesai," pungkasnya.
Acara diskusi ini menggambarkan ketegangan yang muncul dalam penanganan kasus Vina, serta sorotan tajam terhadap kinerja kepolisian dan institusi hukum lainnya di Indonesia. (Wly)
![Arisan Sehat](https://mata.news/asset/foto_iklantengah/IMG-20240123-WA0012.jpg)