Menu MBG Kembali Berulah, Puluhan Siswa SMPN-1 Cisarua, Bandung Barat Jadi Tumbal
Menu MBG Kembali Berulah, Puluhan Siswa SMPN-1 Cisarua, Bandung Barat Jadi Tumbal
BANDUNG, Matanews – Insiden dugaan keracunan massal kembali mencoreng pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat.
Kali ini, puluhan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Cisarua, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, mengalami gejala mual, pusing, hingga muntah-muntah setelah menyantap menu MBG pada Selasa pagi, 14 Oktober 2025.
Kepanikan sempat mewarnai lingkungan sekolah setelah sejumlah siswa tampak lemas dan harus dievakuasi dari ruang kelas ke posko darurat dan Puskesmas Cisarua.
Hingga Selasa siang, sebayak 57 siswa tercatat mengalami gejala keracunan, di mana 27 di antaranya dirujuk ke fasilitas kesehatan, sementara sisanya mendapat penanganan di lingkungan sekolah.
Kepala SMPN 1 Cisarua, Agus Solihin, membenarkan insiden tersebut. Ia mengatakan, berdasarkan keterangan beberapa siswa, dugaan awal mengarah pada menu ayam yang terhidang dalam paket MBG hari itu.
“Menurut beberapa siswa, daging ayam dalam paket makan siang itu tercium bau agak menyengat. Mungkin karena makanan dalam kondisi masih panas lalu langsung ditutup, jadi cepat basi. Tapi tentu kita masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium,” ujar Agus kepada wartawan, Selasa (14/10/2025).
Sementara menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan hari itu, terdiri dari nasi, ayam, dan sayur. Sebanyak 1.250 porsi makanan disalurkan ke seluruh siswa pada jam istirahat pertama sekitar pukul 09.30 WIB. Gejala mual dan muntah mulai muncul sekitar dua jam setelahnya, pada pukul 11.00 WIB.
Program MBG merupakan inisiatif nasional yang bertujuan meningkatkan kecukupan gizi siswa sekolah. Namun, insiden keracunan ini menjadi yang kesekian kalinya terjadi di wilayah Jawa Barat dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.
Keracunan ini merupakan insiden kesekian kalinya terkait MBG, yang terjadi sejak Agustus 2025 lalu. Sebelumnya, kejadian serupa sempat menimpa siswa di Kabupaten Garut dan Sukabumi.
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Padjadjaran, Retno Widyaningsih, menilai bahwa pelaksanaan program MBG sejauh ini belum disertai sistem kontrol kualitas yang memadai.
“Distribusi makanan dalam jumlah besar dan jangka waktu pendek membutuhkan sistem yang solid, mulai dari logistik, penyimpanan, hingga pengawasan di sekolah. Jika tidak, maka risiko seperti ini akan terus berulang,” ujarnya.
Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat telah mengambil sampel makanan yang dikonsumsi para siswa untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium. Kepala Puskesmas Cisarua menyebut, investigasi awal menunjukkan adanya potensi kontaminasi mikrobiologis, namun hasil akhir baru bisa diumumkan setelah uji laboratorium selesai dilakukan.
Sebagian siswa yang mengalami gejala berat telah dirujuk ke RSUD Cibabat, Kota Cimahi, untuk observasi lebih lanjut.
“Kami memastikan seluruh siswa dalam kondisi stabil, dan akan terus memantau perkembangan kondisi mereka,” kata Kepala Puskesmas Cisarua.
Kejadian ini menambah daftar panjang kritik terhadap pengelolaan anggaran MBG yang tahun ini mencapai Rp70 triliun. Ironisnya, Badan Gizi Nasional (BGN) baru-baru ini mengembalikan sebagian besar anggaran tersebut ke kas negara karena rendahnya tingkat penyerapan.
“Bukan hanya soal serapan, tapi kualitas pelaksanaan juga perlu dibenahi. Insiden seperti ini bisa berdampak besar pada kepercayaan masyarakat,” ujar Retno.
Pemerintah daerah dan Kementerian Pendidikan dikabarkan akan menggelar evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG, khususnya di Jawa Barat. Sementara itu, kegiatan belajar mengajar di SMPN 1 Cisarua sempat dihentikan sementara hingga situasi kembali kondusif.



Warning: Attempt to read property "term_id" on bool in /home/u963642857/domains/mata.news/public_html/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-collection.php on line 7