Rupiah Menguat Setelah Sinyal Dovish The Fed Tekan Dolar AS

rupiah melalui Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR). Nilai JISDOR ditetapkan di level Rp16.667, turun dari posisi sebelumnya

Rupiah Perkasa, Dolar Keder!

JAKARTA, Matanews — Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan ketangguhannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam pembukaan perdagangan Rabu, (26/11/2025). Mata uang garuda dibuka menguat 12 poin atau 0,07 persen menjadi Rp16.645 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.657. Para ekonom menilai penguatan ini dipicu oleh menguatnya ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada akhir tahun.

Dorongan utama berasal dari pernyataan dua pejabat penting bank sentral AS yang bernada semakin dovish. Gubernur The Fed Christopher Waller menegaskan kembali dukungannya terhadap pemangkasan suku bunga pada Desember. Sinyal serupa kembali menguat setelah Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly menyatakan pandangan yang sejalan.

“Dua pernyataan ini menyuntikkan optimisme ke pasar global dan menambah tekanan pelemahan pada dolar AS,” kata ekonom pasar uang, Josua, seperti dikutip dari Antara.

Rupiah Menguat Setelah Sinyal Dovish The Fed
rupiah melalui Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR). Nilai JISDOR ditetapkan di level Rp16.667, turun dari posisi sebelumnya

Ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter AS meningkat signifikan. Pasar kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga mencapai 83 persen, naik dari sekitar 70 persen pada pekan sebelumnya.

Ketegangan Global Mereda, Sentimen Pasar Membaik

Selain faktor kebijakan moneter AS, perkembangan geopolitik turut menyokong penguatan rupiah. Laporan kemajuan perundingan damai antara Ukraina dan Rusia mengurangi ketidakpastian global. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, memastikan dialog masih berlangsung, menumbuhkan optimisme terhadap potensi resolusi konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun tersebut.

Perbaikan sentimen global ini menjadi katalis tambahan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang sensitif terhadap fluktuasi dolar.
“Dengan tekanan geopolitik yang mulai mereda, pelaku pasar lebih berani mengambil posisi di aset berisiko, termasuk mata uang emerging markets,” ujar Josua.

Ia memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak dalam rentang Rp16.575–Rp16.675 per dolar AS.

Penguatan Juga Terlihat pada Penutupan Sebelumnya

Pada perdagangan hari sebelumnya, Selasa (25/11/2025), rupiah menguat cukup signifikan, yakni 42 poin atau 0,25 persen dari Rp16.699 menjadi Rp16.657 per dolar AS. Pelemahan dolar global memberi ruang bagi mata uang Asia untuk menguat.

Pengamat komoditas dan valuta asing, Ibrahim Assuaibi, menuturkan bahwa pasar tidak hanya merespons pernyataan Waller dan Daly, tetapi juga komentar dovish dari pejabat The Fed lainnya, termasuk John Williams dari Fed New York.

“Pasar menilai peluang memangkas suku bunga 25 basis poin semakin besar. Sentimen dovish ini mendorong spekulasi bahwa The Fed membuka pintu bagi periodisasi pelonggaran yang lebih cepat dari perkiraan,” kata Ibrahim.

Data Ekonomi AS Jadi Penentu Langkah Pasar

Investor kini menantikan rilis serangkaian data ekonomi penting dari AS. Dua indikator utama menjadi perhatian:
Indeks Harga Produsen (IHP) yang diperkirakan naik 0,3 persen MoM.
Penjualan ritel yang diproyeksikan tumbuh 0,4 persen MoM.
Kedua data ini akan menjadi rujukan untuk menilai tekanan inflasi dan kekuatan konsumsi masyarakat AS, dua faktor kunci yang mempengaruhi keputusan The Fed.

“Jika hasil data menunjukkan perlambatan, pasar akan semakin yakin bahwa The Fed tak punya banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tinggi,” ujar Ibrahim.

Penguatan Dikonfirmasi oleh Kurs JISDOR

Bank Indonesia turut mencatat penguatan rupiah melalui Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR). Nilai JISDOR ditetapkan di level Rp16.667, turun dari posisi sebelumnya Rp16.709 per dolar AS.

Penguatan pada kurs referensi resmi ini menandakan sentimen positif yang konsisten di pasar antarbank, bukan sekadar fluktuasi sesaat di pasar spot.

Risiko Global Masih Membayangi

Meski tren penguatan rupiah cukup solid, analis mengingatkan bahwa kondisi global masih sarat risiko. Dinamika inflasi AS, data ekonomi Tiongkok, hingga potensi kejutan geopolitik dapat mempengaruhi pergerakan rupiah dalam jangka pendek.

Kendati demikian, dengan sinyal dovish The Fed yang semakin kuat, peluang penguatan rupiah dinilai masih terbuka hingga beberapa pekan mendatang. (cka)


Warning: Attempt to read property "term_id" on bool in /home/u963642857/domains/mata.news/public_html/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-collection.php on line 7

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *