Bengisnya Tentara Israel Kepada Aktivis Global Sumud Flotilla, Ditodong Senjata dan Minum Air Toilet

Para aktivis Global Sumud Flotilla. (Foto: AFP/Albert Llop)

Aktivis Menggambarkan Perlakuan “brutal” dan “kejam” Saat Ditahan Oleh Pasukan Israel

JAKARTA, Matanews – Aktivis internasional yang dideportasi dari Israel setelah bergabung dengan armada bantuan Gaza yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla, yang dicegat telah memberikan laporan lebih lanjut tentang penganiayaan oleh penjaga selama penahanan mereka.

Dilansir dari Al Jazeera, Senin (6/10), klaim terkini yang dibuat oleh peserta Global Sumud Flotilla menambah meningkatnya pengawasan terhadap Israel pada hari Minggu atas perlakuannya terhadap para aktivis.

Sekitar 450 peserta armada itu ditangkap antara hari Rabu dan Jumat ketika pasukan Israel mencegat kapal-kapal tersebut , yang berusaha menerobos blokade laut Gaza dan mengirimkan sejumlah bantuan simbolis kepada warga Palestina di wilayah yang terkepung itu.

 

“Aktivis armada Gaza lainnya menuding adanya perlakuan buruk di tahanan Israel. Para aktivis yang dideportasi dari Israel setelah penangkapan mereka dalam armada bantuan ke Gaza mengatakan mereka diperlakukan ‘seperti monyet’.”

Salah aktivis Italia Cesare Tofani di Bandara Fiumicino Roma sekembalinya pada hari Minggu (5/10), mengatakan, dirinya bersama rekan lainnya diperlakukan oleh tentara Israel dengan kejam.

“Kami diperlakukan dengan sangat buruk. Dari tentara, kami beralih ke polisi. Ada pelecehan,” kata Cesare kepada kantor berita ANSA.

Sumud Flottilla
Aktivis Flotilla Sumud Global yang dideportasi dari Israel memberikan tanda perdamaian setelah tiba di Bandara Istanbul di Turki (Foto: AP/Khalil Hamra)

Yassine Lafram, presiden Persatuan Komunitas Islam di Italia, yang mendarat di Bandara Milan Malpensa bersama para aktivis, mengatakan kepada surat kabar lokal, bahwa pasukan Zionis Israel memperlakukan mereka dengan kekerasan.

“Mereka bahkan memperlakukan kami dengan kekerasan, menodongkan senjata ke arah kami, dan ini sama sekali tidak dapat diterima bagi kami di negara yang menganggap dirinya demokratis,” kata Yassine Lafram.

Sementara itu dari laporan Associated Press (AP), jurnalis Italia Saverio Tommasi, yang mendarat di Bandara Fiumicino pada Sabtu malam (4/11), mengatakan tentara Israel telah menahan obat-obatan dan memperlakukan para aktivis yang ditahan “seperti monyet”.

Ia mengatakan bahwa para penjaga Israel mengejek para aktivis yang ditahan – yang termasuk aktivis iklim Swedia Greta Thunberg , cucu Nelson Mandela, Mandla Mandela, dan beberapa anggota parlemen Eropa – untuk merendahkan, mengejek, dan menertawakan dalam situasi yang tidak ada hal yang bisa ditertawakan.

Kebiadaban Israel Sangat Kejam

Jurnalis Italia Lorenzo D’Agostino menggambarkan bengisnya tentara Israel saat menangkap para aktivis. Lorenzo mengatakan bahwa barang-barang dan uangnya telah dicuri oleh orang Israel.

Kekejaman Israel digambarkan mirip dengan perlakuan tentara Nazi terhadap kaum Yahudi pada masa lalu.

Global Sumud Flotilla
Seorang perempuan memberi isyarat di atas kapal, bagian dari Armada Sumud Global yang bertujuan mencapai Gaza dan menerobos blokade laut Israel, saat berlayar di lepas pantai Pulau Kreta, Yunani, 25 September 2025. (FOTO: REUTERS/Stefanos Rapanis)

Berbicara kepada AP saat kedatangannya di Bandara Istanbul Turki setelah dideportasi dari Israel pada hari Sabtu, ia mengatakan para aktivis yang ditahan juga diintimidasi dengan anjing dan oleh tentara yang mengarahkan laser dari senjata mereka ke tahanan untuk menakut-nakuti para aktivis.

Aktivis lain, Paolo De Montis, melaporkan mengalami tekanan dan penghinaan terus-menerus di tangan para penjaga, yang menahannya di dalam mobil tahanan selama berjam-jam dengan tangannya diikat dengan kabel.

“Anda tidak diizinkan menatap wajah mereka, selalu harus menundukkan kepala, dan ketika saya mendongak, seorang pria datang dan mengguncang serta menampar bagian belakang kepala saya,” kata Paolo De Montis kepada AP.

“Mereka memaksa kami berlutut selama empat jam,” imbuhnya.

Secara terpisah, saudara perempuan sekaligus penyanyi-aktor Malaysia, Heliza Helmi dan Hazwani Helmi, juga menggambarkan perlakuan “brutal” dan “kejam” saat ditahan oleh pasukan Israel.

“Bayangkan kami minum air toilet? Beberapa orang sakit parah, tapi mereka [orang Israel] bilang: ‘Mereka sudah mati? Kalau tidak, itu bukan urusan saya,'” ujar Hazwani kepada kantor berita Anadolu setelah mendarat di Istanbul pada hari Sabtu (4/10).

“Mereka orang-orang yang sangat, sangat kejam,” imbuh Hazwani.

Heliza juga menceritakan pengalamannya berpuasa selama berhari-hari.

“Saya makan pada tanggal 1 Oktober. Hari ini adalah makan pertama saya. Jadi selama tiga hari, saya tidak makan – hanya minum dari toilet,” ujar Heliza.

Para aktivis yang dideportasi dari armada tersebut sebelumnya telah berbicara mengenai perlakuan buruk terhadap Thunberg, salah satu anggota misi yang paling menonjol, khususnya dengan mengatakan bahwa ia telah diseret di tanah, dipaksa mencium bendera Israel, dan digunakan sebagai propaganda.

Kebohongan Israel Yang Tak Tahu Malu

Kementerian Luar Negeri Israel dan Menteri Keamanan Nasional sayap kanannya, Itamar Ben-Gvir, memberikan tanggapan yang saling bertentangan terhadap tuduhan para aktivis. Kementerian tersebut bersikeras bahwa cerita-cerita tentang perlakuan buruk tersebut adalah kebohongan yang tak tahu malu, sementara Ben-Gvir mengatakan bahwa ia bangga atas perlakuan kasar yang dialami para tahanan di penjara Ketziot.

“Saya bangga kita memperlakukan ‘aktivis armada’ sebagai pendukung terorisme. Siapa pun yang mendukung terorisme adalah teroris dan pantas mendapatkan kondisi seperti teroris,” ujar Ben-Gvir dalam sebuah pernyataan.

“Jika ada di antara mereka yang mengira akan datang ke sini dan menerima karpet merah serta terompet – mereka salah,” kata Ben-Gvir, yang terekam sedang mengejek para aktivis saat mereka dibawa ke darat.

“Mereka seharusnya memahami kondisi di penjara Ketziot dengan baik dan berpikir dua kali sebelum mendekati Israel lagi,” imbuhnya pongah.

Sebaliknya, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan bahwa klaim penganiayaan terhadap Thunberg dan aktivis armada lainnya adalah kebohongan.

“Hak hukum semua tahanan sepenuhnya ditegakkan,” kata kementerian dalam sebuah posting di X pada hari Minggu (5/11).

Menariknya, Greta sendiri dan tahanan lainnya menolak mempercepat deportasi mereka dan bersikeras memperpanjang masa tahanan mereka. Greta juga tidak mengadukan tuduhan-tuduhan yang menggelikan dan tidak berdasar ini kepada otoritas Israel – karena tuduhan-tuduhan itu tidak pernah terjadi.

Penangkapan dan perlakuan Israel terhadap para aktivis memicu kritik dari negara-negara termasuk Pakistan, Turki, dan Kolombia, dan protes jalanan di seluruh dunia, serta protes tertulis dari Yunani.

Pengungsi Gaza
Anak-anak Palestina memeriksa lokasi serangan Israel terhadap tenda penampungan pengungsi, di tengah operasi militer Israel, di Kota Gaza, (20/9/2025) (Foto: Ebrahim Hajjaj/Reuters)

Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan negara itu mendeportasi 29 aktivis armada lagi pada hari Minggu, tetapi banyak yang masih ditahan di Israel.

Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares mengatakan kepada lembaga penyiaran publik RTVE bahwa 21 dari 49 aktivis flotilla Spanyol yang ditahan diperkirakan akan pulang pada hari Minggu; sementara Kementerian Luar Negeri Yunani mengatakan 27 warga Yunani akan kembali dari Israel pada hari Senin hari ini.

(Tam)


Warning: Attempt to read property "term_id" on bool in /home/u963642857/domains/mata.news/public_html/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-collection.php on line 7

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *