Belajar dari Alam Tine Yowargana Ajak Pecinta Alam Kritis dan Santun Jaga Lingkungan
Belajar Dari Alam Ting-Ting Galuh Pakuan Alam Tak Butuh Janji!
SUBANG, Matanews — Seruan untuk kembali belajar dari alam menggema di tengah rimbun pepohonan Desa Sindang Sari, Kecamatan Cikaum, Kabupaten Subang. Selama dua hari, (27–28 Oktober 2025), ratusan peserta dari berbagai komunitas dan sekolah mengikuti Jambore Pecinta Alam yang digelar Lembaga Adat Karatwan (LAK) Galuh Pakuan.
Salah satu narasumber yang menarik perhatian adalah Dewi Kandiaty Paramesti Tine Yowargana, atau akrab disapa Ting-Ting, yang kini menjabat sebagai Girang Harta LAK Galuh Pakuan sekaligus Promotor DonTing Athlete Management. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya setiap warga negara untuk berperan aktif menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup.
“Setiap warga negara memiliki perannya masing-masing dalam menjaga alam. Tidak ada yang terlalu kecil untuk berbuat baik bagi bumi,” ujar Tine di hadapan peserta, Selasa (28/10/2025).
Menumbuhkan Keberanian dan Kritis terhadap Kebijakan
Tine mengajak para peserta yang sebagian besar berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa—untuk tidak minder dan berani bersuara kritis terhadap isu-isu lingkungan. Menurutnya, kemampuan berpikir kritis menjadi bekal penting bagi generasi muda untuk mengawasi kebijakan publik yang berpotensi merugikan masyarakat dan ekosistem.
“Pelajar dan mahasiswa bisa mulai dari hal sederhana belajar dengan baik, menulis dengan jujur, dan menyusun informasi dengan benar. Itu bekal untuk menjadi warga yang kritis terhadap kebijakan yang melanggar undang-undang atau merugikan lingkungan,” tegasnya.

Ia menambahkan, sikap kritis bukan berarti melawan, melainkan bentuk cinta tanah air dan tanggung jawab sosial terhadap sesama manusia dan alam.
Soroti Kejujuran Dunia Industri
Dalam sesi diskusinya, Tine juga menyinggung soal praktik industri yang kerap menyalahi prinsip transparansi lingkungan. Ia mencontohkan isu PT Tirta Investama, produsen air minum dalam kemasan yang menurutnya menggunakan air dari sumur bor, bukan dari sumber mata air alami seperti yang diklaim di iklan dan kemasan produk.
“Kita perlu kritis terhadap informasi yang diberikan industri. Kalau benar mereka mengambil air dari sumur bor, seharusnya jujur kepada publik. Karena masyarakat berhak tahu,” ujar Tine.
Menurutnya, pengusaha wajib memberikan informasi jujur dan bertanggung jawab terkait produk mereka. Sementara itu, pemerintah sebagai regulator harus menjaga netralitas dan ketegasan dalam mengawasi kegiatan industri, agar tetap berjalan sesuai jalur hukum dan kelestarian alam.
“Pemerintah sebagai wasit harus on the track. Masyarakat juga harus kritis, tapi tetap santun dan beretika,”
imbuhnya.
Subang di Persimpangan Industrialisasi dan Kelestarian
Tine mengingatkan, Kabupaten Subang kini tengah menghadapi tantangan besar dengan percepatan industrialisasi. Jika tidak diimbangi dengan kesadaran lingkungan, ketidakseimbangan alam dapat berujung pada bencana.
“Keselarasan adalah kunci. Ketika masyarakat, pemerintah, dan pengusaha menjalankan fungsinya masing-masing dengan baik, maka pelestarian alam bisa berjalan beriringan dengan pembangunan,” ujarnya.
Ia berharap kegiatan Jambore Pecinta Alam ini menjadi agenda tahunan LAK Galuh Pakuan, sebagai wadah edukasi dan penguatan karakter generasi muda dalam memahami nilai-nilai ekologis dan adat karuhun Sunda.
“Belajar dari alam untuk alam. Itu semangatnya. Karena sifat kritis dan peduli lingkungan adalah tanda warga negara yang baik,” tutup Tine Yowargana dengan penuh semangat. (Zee)
Warning: Attempt to read property "term_id" on bool in /home/u963642857/domains/mata.news/public_html/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-collection.php on line 7








