Dana Rp6 Triliun Ada di BGN, Satu Rupiah Tak Disentuh Muhammadiyah
Muhammadiyah Sudah Bikin 100 Dapur!
JAKARTA, Matanews — Belum genap setahun sejak penandatanganan Nota Kesepahaman antara Muhammadiyah dan Badan Gizi Nasional (BGN) pada 2024, organisasi Islam terbesar di Indonesia itu kembali menunjukkan karakter khasnya: bergerak cepat, mandiri, dan tanpa banyak menunggu.
Meski dana Rp6 triliun untuk program Makan Bergizi Nasional (MBG) sudah tersedia di BGN, tak satu rupiah pun hingga kini diterima oleh Muhammadiyah. Namun, hal itu tak menjadi penghalang. Muhammadiyah justru lebih dulu membangun ratusan dapur bergizi dengan sumber daya sendiri.
105 Dapur Sudah Beroperasi, 150 Lainnya Menyusul
Melalui pembentukan Koordinator Nasional Makan Bergizi Muhammadiyah (Kornas MBM), organisasi yang berdiri sejak 1912 ini bergerak membangun Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai wilayah Indonesia. Hasilnya, 105 dapur telah beroperasi penuh, sementara 150 dapur lainnya kini sedang dalam tahap pembangunan.

Targetnya jelas: 250 hingga 300 dapur SPPG akan berdiri di seluruh Indonesia dalam waktu dekat. Sejauh ini, jaringan dapur tersebut telah menjangkau 17 provinsi, dari Sumatera hingga Nusa Tenggara.
Langkah cepat ini menjadi bukti nyata bahwa Muhammadiyah tak menunggu birokrasi untuk berbuat, melainkan menyalakan semangat kerja kolektif demi kepentingan masyarakat luas.
Apresiasi Pemerintah: “Kami Berhutang Banyak ke Muhammadiyah”
Kepala BGN Dadan Hindayana secara terbuka menyampaikan kekagumannya pada kiprah Muhammadiyah dalam mendukung program gizi nasional. Dalam peresmian 105 Dapur SPPG di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jumat (24/10), Dadan menegaskan bahwa pemerintah merasa berutang pada gerakan nyata tersebut.
“Kami (pemerintah) merasa berhutang banyak ke Muhammadiyah. Semuanya dilakukan sistematis dan menyatu. Muhammadiyah benar-benar menunjukkan kekuatan organisasi yang rapi,” ujar Dadan.
Kunjungan Dadan ke dapur SPPG di Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, menjadi momentum pengakuan atas disiplin dan konsistensi Muhammadiyah dalam menjalankan program kemanusiaan.
“Dana Rp6 triliun sudah kami siapkan di BGN, tapi belum satu rupiah pun sampai ke Muhammadiyah. Meski begitu, mereka sudah bergerak lebih dulu. Itu luar biasa,” tambahnya.
Satu Sistem, Satu Semangat
Menurut Dadan, kekuatan utama Muhammadiyah terletak pada keterpaduan sistem dan jaringan. Dari pusat hingga ranting, gerakannya satu irama.
“Di manapun Muhammadiyah itu satu—satu sistem, satu semangat. Tidak ada ego daerah, semua bekerja untuk umat,” katanya.
Kerapian manajemen ini pula yang membuat pelaksanaan program Makan Bergizi Muhammadiyah berjalan tanpa hambatan. Dapur SPPG dirancang bukan sekadar tempat memasak, tetapi juga pusat pelayanan, edukasi gizi, dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Dakwah Kemanusiaan, Bukan Sekadar Proyek
Gerak cepat Muhammadiyah dipandang bukan semata-mata bentuk partisipasi, tetapi dakwah kemanusiaan dalam bentuk paling konkret.
“Program ini bukan proyek, tapi fastabiqul khairat — berlomba-lomba dalam kebaikan. Muhammadiyah menunjukkan kerja besar untuk bangsa tidak perlu menunggu bantuan,” ujar Dadan menutup pidatonya.
Kemandirian yang Jadi Teladan
Langkah Muhammadiyah ini mengingatkan publik bahwa keberanian untuk bergerak tanpa bergantung pada birokrasi dapat menghasilkan dampak besar. Ketika sebagian menunggu realisasi anggaran, Muhammadiyah telah membangun dapur, memberi makan, dan menyalakan harapan.
Dana boleh belum cair, tapi semangat kerja nyata telah lebih dulu mengalir di nadi para relawan Muhammadiyah — membuktikan bahwa kemerdekaan sejati adalah kemampuan berbuat tanpa menunggu. (Gom)
Warning: Attempt to read property "term_id" on bool in /home/u963642857/domains/mata.news/public_html/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-collection.php on line 7








