8 Asta Cita, MBG Jalan, Berkah Ganda bagi Warga Sentul
MBG Bawa Rezeki Berlipat!
BOGOR, Matanews — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintahan Prabowo–Gibran membawa perubahan nyata bagi masyarakat bawah. Di Sentul, Kabupaten Bogor, program ini bukan hanya mengenyangkan anak sekolah, tetapi juga menghidupkan dapur warga dan menggairahkan ekonomi keluarga kecil.
Salah satu yang merasakan dampak langsung adalah Siti Saripah (28), ibu dua anak yang tinggal di Kampung Cijayanti, Sentul. Sejak sebulan terakhir, Siti bekerja di dapur penyedia makanan MBG, menyiapkan menu sehat untuk siswa sekolah dasar di wilayahnya.
“Alhamdulillah, lebih kebantu. Jadi anak saya juga mau apa-apa bisa dibeliin,” ucap Siti sambil tersenyum, Jumat (2/10/2025).

Dari Dapur ke Harapan
Sebelum bergabung di dapur MBG, Siti hanyalah ibu rumah tangga biasa. Suaminya bekerja sebagai pegawai di perusahaan air minum, dengan pendapatan yang pas-pasan. Tawaran dari temannya untuk membantu di dapur MBG menjadi titik balik bagi keluarganya.
Setiap pagi, sejak pukul lima, Siti bersama belasan ibu lainnya mulai menyiapkan bahan masakan. Mereka memasak dengan panduan menu dari Badan Gizi Nasional (BGN) — lengkap dengan takaran gizi, protein, karbohidrat, dan sayur yang seimbang.
“Masaknya rame-rame, ada yang motong bahan, ada yang bungkus. Seru juga, kayak kerja bareng buat anak-anak sendiri,” katanya.
Setiap kotak makan dari dapur MBG dikirim ke sekolah-sekolah di sekitar Sentul sebelum jam istirahat. Anak-anak menerima menu yang berganti setiap hari: dari ayam suwir, tempe oseng, sayur bening, hingga buah segar.
Efek Ekonomi yang Terasa Nyata
Dari hasil kerjanya, Siti kini mendapat penghasilan tetap setiap minggu. Tak besar, tapi cukup untuk membantu keuangan rumah tangga dan membeli kebutuhan anak-anaknya yang berusia 4 dan 7 tahun.
“Dulu, anak mau minta sepatu sekolah aja harus nabung lama. Sekarang bisa kebeli tanpa ngutang,” ujarnya pelan.
Anak sulungnya, yang duduk di kelas dua SD, juga menikmati program MBG di sekolah. Setiap pulang, sang anak kerap bercerita tentang menu makanan yang disantapnya.
“Katanya enak dan sehat. Saya pesen jangan disisain, habiskan biar gizinya masuk semua,” kata Siti sambil tertawa.
Selain memberi penghasilan bagi ibu rumah tangga, program MBG juga menggerakkan ekonomi lokal. Petani sayur, pedagang telur, dan pemasok beras di sekitar Sentul ikut kecipratan rezeki karena bahan pangan didapatkan dari pasar lokal.
“Setiap minggu ada belanja ke warung saya buat kebutuhan dapur MBG, jadi ikut laku juga,” kata Yadi, pemilik warung sembako di sekitar lokasi dapur.

Kebijakan yang Hidup dari Akar
Program MBG merupakan bagian dari Asta Cita pemerintahan Prabowo–Gibran, khususnya cita ketujuh: peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pemberantasan gizi buruk dan stunting.
Di banyak daerah, termasuk Sentul, implementasi program ini dilakukan secara gotong royong antara pemerintah, ormas, dan masyarakat lokal.
Menurut pantauan Matanews, dapur MBG di Sentul dikelola oleh komunitas ibu-ibu lokal dengan pengawasan dari petugas gizi kabupaten. Mereka bekerja dalam sistem bergiliran agar lebih banyak warga bisa terlibat.
“Setiap hari ada 15 ibu yang bantu. Dapat giliran dua-tiga kali seminggu, upahnya lumayan buat tambahan belanja,” ujar Fitri, koordinator dapur MBG Sentul.
Dampak Sosial yang Terukur
Selain menekan pengeluaran keluarga untuk uang jajan anak, MBG juga meningkatkan kedisiplinan makan anak sekolah. Guru-guru di SD Negeri Sentul 02 mengaku, sejak MBG berjalan, banyak siswa yang kini membawa pulang uang jajannya atau menabung untuk keperluan sekolah.
“Anak-anak lebih semangat belajar setelah makan. Gak ada lagi yang ngeluh lapar waktu pelajaran siang,” ujar Nani, guru kelas dua di sekolah itu.
Program MBG di Sentul melayani lebih dari 620 siswa dari tiga sekolah dasar, dengan kapasitas dapur sekitar 750 porsi per hari.

Harapan agar MBG Diperluas
Bagi Siti, program ini bukan sekadar bantuan pangan, tapi gerakan kemanusiaan yang menyentuh dapur rakyat. Ia berharap program MBG terus diperluas ke lebih banyak wilayah.
“Mudah-mudahan MBG tetap maju, tambah luas, biar pengangguran bisa kerja juga. Yang belum dapat segera nerima makanan gratis,” ujarnya penuh harap.
Cerita Siti Saripah hanyalah satu potret kecil dari ribuan dapur MBG yang kini tumbuh di seluruh Indonesia.
Dari kompor sederhana di Sentul, hingga dapur terintegrasi di daerah pelosok, program ini bukan hanya soal makanan — tetapi tentang kemandirian, kebersamaan, dan cita-cita bangsa untuk memberi makan anak-anaknya dengan martabat. (Int)
Warning: Attempt to read property "term_id" on bool in /home/u963642857/domains/mata.news/public_html/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-collection.php on line 7







