Kemdiktisaintek Dorong Hilirisasi Teknologi dan Seni Perguruan Tinggi

Freepik

Penggerak Transformasi Teknologi dan Kebudayaan Nasional

JAKARTA, Matanews — Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menegaskan komitmennya memperkuat hilirisasi produk teknologi dan seni dari perguruan tinggi. Komitmen itu diwujudkan melalui penandatanganan kontrak Program Transformasi Teknologi dan Inovasi (PTTI) serta Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) Tahun Anggaran 2025 di Kantor Kemdiktisaintek, Jakarta, Senin (6/10).

Langkah ini menjadi bagian dari upaya memperkuat ekosistem riset dan inovasi nasional agar hasilnya tidak berhenti di ruang laboratorium, melainkan dirasakan langsung oleh masyarakat, industri, dan dunia kebudayaan.

“Setiap program diharapkan mampu melahirkan dampak nyata: teknologi yang meningkatkan kesejahteraan, serta seni yang memperkuat identitas dan daya saing bangsa,” ujar Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman, di Jakarta, Selasa (7/10).

Fauzan menambahkan, riset dan inovasi yang dihasilkan perguruan tinggi tidak hanya penting untuk publikasi ilmiah, tetapi juga harus memberikan manfaat konkret. Ia menilai, hasil penelitian yang diterapkan di dunia industri maupun masyarakat akan meningkatkan relevansi dan daya saing kampus di tingkat global.

Menurut Fauzan, Program PTTI dirancang untuk menjembatani hasil riset perguruan tinggi dengan kebutuhan industri, pemerintah, dan masyarakat. Melalui skema ini, hasil penelitian diharapkan dapat diubah menjadi produk teknologi yang siap dipasarkan dan digunakan secara luas.

“Tahun 2025, sebanyak 46 proposal dari 33 perguruan tinggi memperoleh pendanaan senilai Rp6,04 miliar. Fokusnya pada tiga bidang utama, yakni ekonomi hijau, ekonomi biru, dan ekonomi kreatif,” tuturnya.

Selain bidang teknologi, Kemdiktisaintek juga menyiapkan Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) sebagai wadah bagi perguruan tinggi seni dan budaya untuk memperkuat identitas bangsa di tengah arus globalisasi.

Fauzan menjelaskan, sebanyak 242 proposal dari 96 perguruan tinggi mendapat dukungan pendanaan sebesar Rp16,8 miliar. Program ini meliputi pengembangan karya seni berbasis kearifan lokal, revitalisasi seni tradisi, dan eksplorasi seni digital kontemporer.

Untuk memastikan pelaksanaan program berjalan baik, Fauzan menekankan pentingnya akuntabilitas dan transparansi. Ia menegaskan, setiap kegiatan PTTI dan PISN wajib melalui mekanisme monitoring dan evaluasi yang ketat.

“Mari kita jaga komitmen, integritas, dan akuntabilitas dalam menjalankan program ini. Setiap rupiah dari negara harus benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat dan bangsa,” ujarnya.

Komitmen pemerintah terhadap hilirisasi riset dan seni ini juga diperkuat dengan peningkatan anggaran Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) pada 2025. Pendanaan berasal dari APBN dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan skema fleksibel yang memungkinkan kolaborasi lintas sektor serta program multi-tahun.

Dengan langkah ini, Kemdiktisaintek berharap perguruan tinggi Indonesia tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga motor penggerak transformasi teknologi dan kebudayaan nasional yang berkelanjutan. (Chl)


Warning: Attempt to read property "term_id" on bool in /home/u963642857/domains/mata.news/public_html/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-collection.php on line 7

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *