- Dua Pejabat Desa Ungkap Keabsahan Tanah Yang Diklaim Terdakwa Charlie Chandra
- Tak Ada Toleransi Terhadap Pelanggaran, Kodim 1710/Mimika Gelar Sidang Disiplin Militer
- Hari Bhayangkara ke-79, Polda Metro Jaya Gelar Syukuran dan Bagikan Hadiah Perlombaan
- Polsek Cengkareng Amankan Pelaku Pemalakan Sopir Travel di Kapuk Raya
- Polres Metro Jakarta Barat Bongkar Sindikat Rumsong Antar Kota dan Provinsi
- TNI Kerahkan Kekuatan Laut dan Udara Respon Cepat Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya
- TNI Perkuat Diplomasi Militer Hadapi Dinamika Geopolitik
- Polsek Kalideres Ungkap Kasus Jambret di Citra Garden 2, Pelaku Ditangkap di Cengkareng
- Hari Bhayangkara ke-79, Polres Jakbar Dapat Kejutan Hangat dari Kodim 0503/JB
- Panglima TNI Dampingi Presiden RI Tinjau Kesiapan Kontingen Parade Dan Defile untuk Prancis
ETOS Menilai Debat Cawapres: Masyarakat Harus Menjadi Penilai Utama
ETOS

Keterangan Gambar : Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute dan pengamat politik, Iskandarsyah
MATANEWS, Jakarta - Setelah debat Cawapres ke 4, berbagai kalangan dari politisi hingga masyarakat mengekspresikan pandangan mereka. Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute dan pengamat politik, Iskandarsyah, memberikan komentarnya pada (24/01/2024) di Jakarta.
Menurut Iskandarsyah, masyarakatlah yang seharusnya menilai dan memutuskan mana yang pantas atau tidak. "Mari kita hormati proses, karena itu sebagai tolak ukur mencapai tinggi dari rendah," ujar Iskandarsyah sambil tersenyum. Dia menambahkan bahwa tokoh-tokoh seperti Anies, Cak Imin, Ganjar, Prof Mahfud, dan Prabowo telah melewati proses panjang, bukan sekadar datang dan menjadi pemimpin.
Iskandarsyah menyatakan keprihatinannya terkait kemajuan Gibran dalam Pilpres 2024, menyebutnya sebagai preseden buruk bagi anak-anak muda yang berprestasi dan aktif dalam organisasi mahasiswa. Menurutnya, Gibran menjadi contoh negatif karena melompati proses panjang dengan adanya keterlibatan ayahnya dalam kekuasaan.
Baca Lainnya :
- Wacana Kenaikan Pajak Hiburan Picu Ancaman Tutupnya Bisnis Karaoke Inul Daratista
- Antispasi Banjir, Kapolsek Mampang dan Camat Bentuk Kampung Siaga Bencana
- Jatanras Polda Metro Jaya Gelar Rekonstruksi Kasus Pemerkosaan dan Pembunuhan di Depok
- Kasus Pidana Penghilangan Saham Lambat di Bareskrim, Mintarsih Berencana Datang ke Kompolnas
- Polda Metro Jaya Ungkap Pembunuhan dan Pemerkosaan di Depok
"Majunya Gibran menjadi preseden buruk bagi anak-anak muda kita yang pandai dan berprestasi. Mereka tak akan percaya diri sejak peristiwa MK tersebut," kata Iskandarsyah. Dia menegaskan bahwa cara tersebut salah dan bisa menimbulkan polemik, merugikan generasi muda yang bukan anak pejabat.
Gibran, menurut Iskandarsyah, menunjukkan kelasnya yang kurang dalam debat Cawapres. "Baru jadi walikota 2 tahun dijadikan alasan proses itu? Kalau ini dipaksakan, saya khawatir dengan pak Prabowo," ungkapnya. Iskandarsyah menyimpulkan bahwa penampilan Gibran sangat buruk karena dianggap mengangkangi proses dan mengandalkan ayahnya sebagai penguasa.
Pengamat tersebut menyatakan keprihatinannya terhadap arah politik pasca-reformasi, menyebut situasi ini sebagai memalukan dalam sejarah pilpres di republik ini. Iskandarsyah mengakhiri komentarnya dengan harapan agar penampilan seperti Gibran tidak lagi terulang, terutama untuk menjaga martabat pemirsa dan pasangan Prabowo. (Red)
